1
Syair Melody Kemenangan
Muhammad
Arief adalah anak kurang mampu yang berasal dari Bogor, ia pindah ke Pontianak
Kal-Bar karena program imigrasi yang telah ditentukan pemerintah, ia memiliki
seorang ibu yang bekerja sebagai tukang cuci, sedangkan ayahnya sudah meninggal
karena tanah longsor yang merenggut nyawa sekitar 15 orang disana termasuk ayah
Arief dan kakak kandungnya yang mayatnya hingga saat ini belum ditemukan.
Arief sekarang bersekolah dikelas XI
A di sebuah SMA terkenal di Pontianak ,
ia dapat bersekolah disitu karena
ia mendapat Beasiswa dari SMA tersebut dengan alasan ekonomi keluarga dan
dengan kecerdasan yang Arief miliki. Di sekolah tersebut rata-rata tergolong
kalangan atas karena orangtua para murid hampir semuanya pengusaha dan orang-orang
terpandang, hanya Arief lah satu-satunya siswa yang menggunakan sepeda jika
pergi ke sekolah. Tak heran bila Arief selalu dicela dan dihina karena
kemiskinannya, namun Arief tak pernah berkecil hati karena ia di sekolah hanya
ingin menuntut ilmu dan ingin berprestasi sebagaimana pelajar berprestasi
lainnya agar ia dapat membahagiakan ibunya. Dan diantara sekian banyak anak
orang kaya yang membenci Arief, ada seseorang yang bernama Darko yang sangat
luar biasa benci terhadap Arief sebab Arief selalu dekat dengan sepupu
perempuannya yang bernama Melvina.
Arief memiliki bakat yang sangat
luar biasa yaitu ia bisa bermain violin/biola dengan merdu, ia mendapatkan
bakat itu karena saat Arief masih kecil, ia diajarkan oleh ayahnya cara bermain
biola dengan merdu. Dan Arief memiliki seorang sahabat yang merupakan anak dari
sahabat ayahnya, temannya Arief bernama Farhan, Farhan termasuk anak orang
kaya, tetapi ia tidak sombong dan selalu mendukung Arief.
Suatu hari disekolah, Darko memiliki
siasat untuk mengerjai Arief, Darko lalu mengajak anggota geng nya untuk
bersama-sama menghancurkan sepeda milik Arief. Geng Darko lalu berkumpul di
kantin, sedangkan Arief yang sekarang sedang berada di perpustakaan tidak tahu
bahwa dirinya akan dikerjai teman sekelasnya sendiri. Setelah sampai di kantin,
Darko menjelaskan rencananya kepada teman gengnya.
“Eh guys, aku
punya rencana agar si Arief itu tersiksa pas saat pulang sekolah” Darko
menjelaskan sambil berbisik.
“Caranya gimana
tuh?” Tanya salah satu anggota gengnya.
“Begini….tugasku
mecahin ban sepeda miliknya, sedangkan kalian preteli ban serta tempat
duduknya, mengerti?”
“Mengerti bos !”
Seusai mereka
berdiskusi, mereka langsung mengeksekusi rencana yang telah dibuat sebelumnya,
Darko memulai aba-abanya dengan cara memecahkan ban sepeda Arief, lalu dengan
segera anggota geng Darko mempretelli serta mengobrak-abrik sepeda milik Arief
tanpa ampun. Sepulang sekolah, betapa kagetnya Arief karena yang ia lihat hanya
badan sepeda saja yang utuh, sedangkan yang lain sudah terlihat seperti
sampah-sampah yang berserakan. Karena hal itu, Arief harus rela pulang kerumah
sambil menguras keringat, serta membawa pegal dikaki karena jarak yang di
tempuh dari rumah ke sekolah tersebut adalah 15 KM. Sepanjang jalan, Arief
hanya menatapi langit sambil merenungkan nasib yang ia sekarang jalani, hatinya
seakan mau berteriak namun apa daya, ia hanya seorang anak miskin yang mencoba
berusaha dan pantang putus asa.
“Coba saja ayah
masih ada….jika ia ada, pasti ia bisa mengantarku ke sekolah meskipun naik
sepeda atau jalan kaki itu sudah membuatku bahagia” Gumam Arief didalam hati
sambil memperhatikan langkah kakinya.
Sesampainya dirumah, Arief langsung
membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah, barulah setelah itu Arief
mengambil biola usang warisan ayahnya yang masih disimpannya secara baik hingga
saat ini. Jika Arief merasa sedih, ia sering melantunkan lagu yang selalu
dimainkannya, yaitu lagu ‘Ayah’ untuk mengenang ayahnya yang telah meninggal.
Setiap hari minggu, Arief selalu ke
rumah Farhan yang tak jauh dari rumahnya untuk belajar musik dari Farhan karena
Farhan mengikuti kursus musik biola internasional. Karena kebetulan hari ini
adalah hari minggu, seperti biasa Arief akan mengunjugi rumah Farhan untuk
belajar serta berlatih dari Farhan. Arief pun akhirnya sampai didepan pintu
rumah Farhan.
“Assalamualaikum”
Panggil Arief dari depan pintu.
“Wa’alaikumsalam”
Sahut Farhan dari dalam rumah lalu kemudian membukakan pintu.
“Ayo kita
latihan”
“Ayo, silahkan
masuk” Jawab Farhan mempersilahkan Arief masuk.
“Baiklah” Arief
pun masuk bersama Farhan dan langsung menuju ke ruang khusus latihan musik.
“Tadi di kursus,
aku Cuma belajar cara memainkan musik mellow, musik mellow itu sungguh susah
karena untuk lagu mellow dibutuhkan penghayatan yang luar biasa tinggi”
“Oke lah, kalau
begitu langsung saja kita praktekkan”
“Kita coba lagu
‘Bizzare Love Triangle’”
“Not lagunya??”
“Oh iya, nih..
pelajari betul-betul , oke?”
“Oke” Jawab
Arief bersemangat.
Mereka akhirnya berlatih dengan keras,
Farhan dengan susah payah menyamai permainan biola Arief, namun Farhan sangat
susah sekali memainkan instrumen lagu-lagu mellow, tetapi justru Arief
sebaliknya, ia malah lebih suka instrumen mellow. Setelah lama berlatih,
akhirnya Arief izin pulang untuk belajar kembali lagu tersebut dirumah agar ia
bisa menjadi Violinist Profesional seperti Wage Rudolf Supratman, Luluk Purwanto, Maylaffayza Permata Fitri
Wiguna, Idris Sardi, Vanessa-Mae
Vanakorn Nicholson.
Esok harinya, seluruh murid SMA
sudah masuk sekolah kembali seperti biasa, namun kali ini di sekolah Arief ada
pengumuman spesial yang tak diduga-duga. Pada saat jam pelajaran berlangsung,
tiba-tiba kepala sekolah datang mengunjungi kelas Arief dan memberi sebuah
pengumuman.
“Para murid sekalian, Bapak baru mendapatkan sebuah kabar
bahwa SMA kita telah terpilih sebagai wakil provinsi dari Instrumental Violin
Solo International Competition, dan besok akan diadakan penyeleksian peserta
lomba bertaraf internasional ini, apakah ada yang ingin mengikuti seleksi ini??
Tapi ingat, hanya siswa yang memiliki bakat bermain biola saja yang bisa ikut
seleksi ini, dan seandainya salah satu dari kalian lolos seleksi, maka kalian
akan dikirim ke Jakarta untuk seleksi kembali dan bersaing dengan 32 peserta
dari masing-masing provinsi di Indonesia, ada yang berminat mendaftar?”
Tak
lama, Arief dan Melvina mengacungkan tangan dengan cepat. Darko lalu memandang
sinis kepada Arief karena ia tak senang jika melihat Arief menang dikompetisi
itu. Dan Darko akan berusaha untuk menghancurkan impian Arief menjadi Violinist
terkenal dengan cara apapun.
Akhirnya keputusan pun telah
ditetapkan, peserta seleksi ada 3 orang yaitu Arief, Melvina, serta seorang
lelaki berperawakan gagah dan menggunakan kacamata. Hari seleksi pun akan
diadakan besok untuk memilih satu diantara mereka bertiga yang akan mewakili
Kalimantan Barat di Instrumental Violin Solo International Competition.
Sepulang sekolah Arief bingung mencari biola yang bagus untuk mengikuti seleksi
dan lomba nanti, tiba-tiba terlintas dipikiran Arief tentang Farhan yang
memiliki dua biola. Arief lalu mendatangi rumah Farhan untuk meminjam biola
miliknya, Arief menceritakan semua tentang perlombaan itu sehingga Farhan mau
meminjamkan salah satu biolanya.
Hari seleksi akhirnya tiba, Arief
menenteng tas yang berisi biola Farhan kesekolah, kedua peserta lainnya juga
membawa biola masing-masing dan sudah standby di ruang tunggu untuk dipanggil
namanya. Dewan juri yang berada didalam ruang seleksi ada 5 orang yaitu
Pengamat Musik, Gubernur, Menteri Pendidikan, Menteri Seni dan Budaya, Dan
seorang juri dari luar negeri.Peserta pertama yang tampil dihadapan sang juri
adalah pria berkacamata, sedangkan Melvina dan Arief diurutan kedua dan ketiga.
Karena tahu mereka akan menunggu lama, Melvina berinisiatif mengajak Arief
untuk sarapan karena mereka memang belum makan dan sekalian mereka menunggu giliran
audisi, Tanpa mereka sadari Darko membuntuti mereka yang sedang makan, lalu
kemudian ia memanggil anggota gengnya untuk beraksi lagi agar biola yang disimpan
Arief di ruang tunggu seleksi hancur supaya Arief tak bisa ikut lomba tersebut.
Darko dan gengnya langsung menuju ke ruang tunggu, dan ia melihat ada dua buah
biola yang tergeletak diatas kursi, ia bingung memilih satu diantara kedua
biola itu, lalu karena bingung dan tak tahu yang mana biola milik Arief,
akhirnya Darko memilih biola yang berada diatas bangku Melvina lalu ia
menghancurkannya berkeping-keping dan memutuskan senar biola milik Melvina
setelah itu barulah Darko pergi.
Arief dan Melvina akhirnya kembali
ke ruang tunggu, alangkah kagetnya mereka karena dilihatnya biola Melvina
hancur sudah tak berbentuk, Melvina langsung menangis tersedu-sedu dan Arief
berusaha untuk menenangkannya.
“Melvina,
sudahlah.. mimpimu bukan berakhir hanya karena biolamu hancur” Bujuk Arief
“Tapi
bagaimana mungkin aku bisa ikut lomba kalau tak ada biola, ibuku akan sangat
marah karena aku tak bisa memenangkan lomba itu, aku harus menang karena itu
perintah ibuku”
“Melvina,
musik itu adalah panggilan jiwa, bukan karena paksaan orang lain, arti musik
sesungguhnya adalah ekspresi jiwa yang alami tanpa ada pemaksaan diri”
“Tapi…
aku tak ingin ibuku marah”
“Baiklah,
gunakan saja biolaku untuk mewujudkan impianmu”
“Lalu?
Kamu bagaimana?”
“Aku
akan berusaha tahun depan saja, aku tak ingin sahabatku kecewa akan hal ini”
“Te..terima
kasih Arief” Jawab Melvina sambil menghapus air matanya.
Tak
lama kemudian giliran Melvina tiba, Melvina masuk ke ruang seleksi dengan muram
dan rasa bersalah atas keinginannya yang dapat membuat orang lain mengorbankan
impiannya demi diri Melvina.
“Anda
Melvina??” Tanya salah satu juri, tetapi Melvina masuk dengan tatapan kosong
karena seperti memikirkan sesuatu.
“Sepertinya
aku salah terhadap pandanganku terhadap musik, musik itu adalah panggilan jiwa,
dan musik itu datangnya dari hati dan tak ada yang bisa memaksaku untuk
mengeluarkan hasrat di jiwa ini” Gumam Melvina.
“Melvina,
silahkan tampilkan bakat anda” Perintah juri, namun Melvina menghiraukannya
karena ia masih melamun.
“
Benar kata Arief, mimpiku tak berakhir hanya karena hal kecil itu, tetapi aku
sudah menghancurkan impian sahabatku sendiri”
“Melvina?
Apa kamu sakit?” Melvina lalu sadar dari lamunannya.
“Tidak,
tetapi saya ingin membuat sebuah keputusan”
“Keputusan
apa itu?” Tanya juri.
“Saya
ingin mengundurkan diri dari seleksi ini” Tegas Melvina.
“Apakah
kamu yakin??”
“Yakin”
“Baiklah
kalau begitu, silahkan keluar”
Melvina
lalu keluar dari ruang audisi dan di depan ruangan sudah ada Arief yang
menunggu hasil audisi dari Melvina.
“Bagaimana
seleksinya??”
“Aku
mengundurkan diri”
“Kenapa”
Tanya Arief heran.
“Aku
merasa belum pantas untuk lomba ini, dan sebenarnya yang pantas untuk lomba ini
adalah kamu Arief” Jelas Melvina.
“Kenapa
seperti itu?”
“Karena
hanya dirimulah yang memiliki jiwa bermusik yang sangat hebat, dan pokoknya
kamu harus ikut seleksi dan jangan kecewakan aku dan ibumu” Jawab Melvina
seraya menyerahkan biola Arief.
“Aku
akan berusaha semampuku!” Arief menerima biolanya lalu kemudian masuk keruang
audisi.
“Anda
Arief?” Sapa juri.
“Iya”
Jawab Arief.
“Langsung
saja tunjukkan bakatmu”
Arief
lalu menarik nafas panjang lalu ia pun memainkan Instrumen lagu ‘My Heart Will
Go On’ dari Celine Dion. Arief memainkan lagu itu dengan penuh penghayatan
sehingga para pendengarnya dapat merasakan nuansa sedih dan romantis dari lagu
tersebut. Setelah beberapa menit, lagu itu akhirnya selesai, kemudian juri
langsung berdiri dari tempat duduknya dan memberikan Stand Up Applause sebagai
tanda kekaguman para juri terhadap kemampuan bermusik Arief.
Setelah beberapa lama juri
berdiskusi, pengumuman peserta yang lolos seleksi akan segera diumumkan. Arief
dan laki-laki berkacamata itu pun menunggu pengumuman tersebut di ruang tunggu
lagi. Beberapa saat kemudian seorang juri keluar ruangan audisi dan menyuruh
Arief serta laki-laki itu masuk ke ruangan audisi lagi untuk pengumuman, Mereka
lalu berdiri dihadapan dewan juri.
“Setelah
menimbang, menilai, dan mendiskusikan hasil penilaian terhadap kalian, ada yang
mendapat nilai 42 point yaitu Haikal (lelaki berkacamata)” Juri menjelaskan
Mereka
berdua bertepuk tangan.
“Dan
penilaian juri terhadap Arief akan menentukan siapakah yang akan lolos mewakili
Kalimantan Barat dalam lomba ini” Tambah juri lagi.
Arief
dan Haikal semakin tegang.
“Dan…
nilai yang diperoleh Arief adalah….. 48 point !!! selamat kepada Arief karena
kamulah yang terpilih sebagai wakil Kalimantan Barat” Juri lalu berbaris
memberikan selamat kepada Arief.
“Terima
kasih ya Allah” Arief lalu bersujud syukur.
“Dan
satu lagi, besok Arief akan segera dikirim ke Jakarta untuk seleksi lanjutan,
jadi persiapkan dirimu dengan matang”
Arief pun pulang membawa berita
bahagia untuk ibunya serta Farhan. Ibunya yang sedang mencuci baju titipan
orang lain pun kaget mendengar berita bahagia itu, ibunya sangat bahagia jika
anaknya kelak menjadi orang sukses. Setelah memberitahu ibunya, Arief langsung
kerumah Farhan yang tanpa disadarinya Darko mengikutinya dari belakang. Darko
akhirnya tau seluk beluk sahabat Arief yang bernama Farhan itu, ia bersiasat
karena ia tak bisa mencelakakan Arief maka ia akan mencelakakan sahabatnya itu
agar Arief mendapat tekanan psikis yang membuatnya down.
Malam harinya, Darko datang
sendirian kerumah Farhan sambil membawa bensin dan korek api untuk membakar
rumah Farhan. Sekejap rumah Farhan hangus terbakar hingga menyebabkan Farhan
harus pindah dari rumahnya itu. Berita tersebut tentu saja membuat Arief
menjadi sedih karena sahabatnya akan pindah ke Banjarmasin untuk menghindari
hal yang serupa, dan satu hal lagi yang membuat Arief sedih ialah ia tak dapat
lagi bisa meminjam biola milik Farhan karena jarak rumah Farhan yang sangat
jauh.
Esok paginya, Arief menjadi was-was
karena ia bingung bagaimana caranya mengikuti lomba jika tak ada biola, ibunya
yang pagi itu melihat Arief sedang kebingungan langsung menawarkan biola usang
milik ayahnya itu seraya memberi nasehat dan dukungan serta do’a.
“Nak,
pakailah biola peninggalan ayahmu ini untuk lomba itu, ayahmu mungkin akan
bahagia di surga jika kamu menggunakan biolanya”
“Baiklah
bu, mohon doanya dan Arief berangkat dulu ke Jakarta” Arief lalu menerima biola
tersebut.
Pagi-pagi sekali Arief sudah tiba di
Bandara Supadio bersama kelima dewan juri. Setelah beberapa jam dalam
perjalanan akhirnya mereka sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, mereka
langsung menuju ke sebuah stadion musik yang sangat besar. Disana sudah ada 32
peserta lain dari seluruh Indonesia yang siap menunjukkan kehebatan mereka
dalam bermusik. Satu persatu Finalis tampil secara spektakuler, dan akhirnya
giliran Arief pun tiba. Dengan rasa percaya diri akhirnya Arief memainkan lagu
‘I’m Already King’ dari Christian Bautista dengan sangat merdu sehingga seluruh
penonton menjadi meriah dan bertepuk tangan. Setelah seluruh Finalis tampil,
tak diduga Arief ternyata lolos seleksi lagi untuk yang bertaraf Internasional.
Ia langsung dikirim malam itu juga di kota Sydney Australia untuk memukau
seluruh penonton serta dewan juri agar ia memenangkan lomba itu. Ternyata
Finalis dari seluruh dunia sangat sungguh hebat-hebat dalam bermusik sehingga
membuat Arief kagum.
Arief tetap berpositif thinking
karena ia yakin alunan biola yang murni dan merdu berasal dari suara hati yang
tulus, hingga akhirnya ia memilih lagu ‘Imagine’ dari John Lennon (The Beatles)
yang sangat memikat hati seluruh warga mancanegara sehingga tak sedikit
penonton yang mencurahkan air mata karena instrument lagu yang mengharukan itu.
Pesaing Arief yang bernama Mark Yohannes adalah peserta terbaik dari England
yang pernah sekali memenangkan lomba ini, Mark memainkan lagu yang tak kalah
dari Arief yaitu lagu ‘A Thousand Years’ dari Christina Perri. Hingga akhirnya
penilaian terhadap seluruh Finalis dari seluruh dunia itu membuat seluruh juri
pusing kepala karena semuanya memiliki bakat luar biasa. Setelah semua kontestan
menunjukkan bakatnya, Keputusan akhirnya telah dibuat, Juara ketiga adalah Anne
Franzilles dari Spanyol, Juara Kedua Mark Yohannes dari England, dan juara
pertama adalah Muhammad Arief dari Indonesia.
Semenjak saat itu, Arief sungguh
terkenal dan dapat apresiasi tinggi dari masyarakat karena kehebatannya
mengalahkan musisi luar negeri dan dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia
dalam bidang Seni Musik. Walaupun terkenal ia tetap ingat kepada ibunya dan
sahabat yang telah mendukung dan mensupport dia hingga namanya menjadi sebesar
itu.
2
Setelah sukses, banyak orang yang
mengidolakan sosok seorang Arief. Apalagi keluarga ibunya yang dulu berpisah
sekarang menjadi bertemu kembali karena keluarga Arief melihat Arief di
televisi lalu akhirnya mereka ingat akan sosok ibunya Arief dan mencari
informasi keberadaan Arief dan ibunya. Kakak perempuan Arief yang dulu sempat
diberitakan terkena bencana tanah longsor pun ternyata masih hidup dan diasuh
oleh sepasang suami istri kaya dari Bandung yang mengadopsinya sejak umur 17
tahun hingga 25 tahun. Kakak Arief bernama Yeni, ia sekarang menjadi gadis
dewasa yang sangat bijaksana, baik hati, dan memiliki bakat menjadi Pianist
karena semenjak Yeni tinggal dengan orangtua angkatnya ia banyak diajari banyak
hal tentang piano.
Yeni akhirnya pamit dengan orangtua
angkatnya dan ia ingin kembali ke keluarga kecilnya yang bahagia. Yeni pun
berkumpul kembali dengan Arief dan ibunya di sebuah rumah lumayan besar yang
didapat dari hasil jerih payah Arief selama ini, Arief sungguh bahagia akan
kedatangan kakak kandungnya yang sudah lama menghilang ditelan bumi, Arief juga
kagum dengan bakat baru yang dimiliki kakaknya yang bisa bermain piano denga
sungguh piawai. Dan terkadang setiap hari mereka latihan bersama untuk melatih
duet instrumen mereka dengan perpaduan suara biola dan piano.
Disekolahan, sekarang Arief sudah
dianggap, banyak teman Arief yang dulu mencela Arief sekarang menjadi teman
yang sesungguhnya. Melvina pun sekarang sudah mendalami arti musik yang sesungguhnya,
ia menjadi semakin dekat dengan Arief karena nasehat Arief yang sangat
berpengaruh kepadanya pada saat audisi dulu. Namun tak seluruhnya murid di
sekolahan itu menjadi dekat dengan Arief, contohnya Darko dan anggota gengnya yang
masih sengit berusaha untuk menghancurkan karier yang Arief miliki sekarang
ini, dan justru Darko semakin membenci Arief karena semenjak lomba itu Arief
semakin dekat dengan sepupunya itu.
Suatu hari dikantin sekolah, salah
seorang siswi yang bernama Shanti yang memiliki keterbatasan fisik yaitu cacat
fisik pada kakinya yang diderita sejak lahir sehingga ia menggunakan penopang
untuk berjalan. Ia mengajak Arief mengobrol sesaat tentang sesuatu.
“Arief,
bolehkah aku duduk disampingmu?” Tanya Shanti kepada Arief yang sedang duduk
sambil makan.
“Boleh,
silahkan duduk” Jawab Arief menawarkan.
“Aku
mau nanya sesuatu” Tanya Shanti secara terbata-bata.
“Tanya
apa San?”
“Rahasia
sukses kamu apa sih??”
“Oh,
rahasianya berusaha, berdoa, dan yakin akan kemampuan yang ada pada diri kita
meskipun kita dipandang rendah dimata orang lain”
“Sebenarnya
saya juga seorang Violinist”
“Tapi
kenapa pada saat itu kamu ngga ikut seleksi ?”
“Aku
malu akan keterbatasan fisikku”
“Jangan
pernah malu terhadap diri sendiri, tuhan sudah menciptakan secara sempurna
tetapi kamu masih tetap malu akan ciptaannya??”
“Jadi
aku harus bagaimana??”
“Beranilah,
dan taklukkan rasa malumu itu”
“Tapi…”
“Tidak
ada tapi” Jawab Arief memberi motivasi.
“Baiklah
aku terutama akan mencoba menjadi orang yang memiliki rasa sosialisme tinggi
untuk melatih kepercayaan diriku”
“Nah
itu baru semangat, dan ngomong-ngomong kamu mau makan ngga?? Aku traktir” Tanya
Arief menawarkan.
“Ngga
usah repot-repot deh” Shanti lalu berusaha lari dari Arief.
“Hei,
sini makan dulu, lagipula kita belum berkenalan” Panggil Arief.
Shanti
lalu kembali lagi.
“Disini
dulu sebentar, kita ngobrol-ngobrol tentang musik, Oke?”
“Iya
aku mau” Jawab Shanti malu-malu.
“Kalau aku boleh tahu, kakimu kenapa?”
“Kakiku? Aku cacat dari lahir” Jawab
Shanti.
“Oh.. kamu berapa bersaudara?”
“Aku anak tunggal, jadi tak punya kakak
atau adik”
“Jadi kamu tinggal sendiri? Sejak kapan
kamu bisa bermain biola?”
“Sejak SMP”
“Kapan-kapan aku boleh lihat kamu
perform?”
“Boleh, tapi aku jarang membawa biola ke
sekolah”
“Nah, besok kamu bawa biola kamu ke
sekolah”
“Insyaallah, tapi aku gak janji”
“Ya udah, sekarang kita makan dulu, nanti
keburu basi nasi gorengnya” Gurau Arief.
Mereka lalu tertawa, dan persahabatan mereka semakin dekat karena obrolan ringan tersebut.
Mereka lalu tertawa, dan persahabatan mereka semakin dekat karena obrolan ringan tersebut.
Jam istirahat telah
usai, akhirnya Arief dan Shanti kembali ke kelas masing-masing, Melvina
memasang muka bĂȘte pada saat Arief masuk kelas, ia masih kesal dan cemburu
terhadap Arief yang berduaan dengan Shanti, dan ia sebenarnya cemburu karena ia
menyimpan perasaan kepada Arief yang tergolong tampan dan berkulit putih
langsat bersih, dan ia menyimpan perasaannya semenjak pertama kali Arief
berkenalan dengannya. Melvina lalu melamun membayangkan saat-saat pertama kali
ia berjumpa dan berkenalan dengan Arief, bayang-bayang itu pun menghilang
ketika Arief memanggil Melvina.
“Mel, kenapa bengong?” Panggil Arief
sambil menghampiri Melvina yang melamun, Melvina yang melamun akhirnya
tersadar.
“Hah?” Jawab Melvina linglung.
“Kenapa wajahmu dilipat-lipat? Seperti
banyak masalah aja”
“Tau ah !!” Jawab Melvina sembari membuang
muka.
“Kamu kenapa sih Mel?” Heran Arief.
“Jangan ganggu aku!! Aku lagi ingin
sendiri!!” Usir Melvina.
Arief menuruti perintah Melvina, ia pun duduk ke bangkunya semula, dan pada saat itu pula guru pengajar pun masuk kelas.
“Selamat pagi” Sapa sang guru.
“Pagi” Jawab seluruhnya.
“Hari ini kita kedatangan murid baru,
mereka berdua anak kembar blasteran Indonesia dan Swiss”
“Wah?! Kita kedatangan bule dong bu?”
Tanya salah satu anggota geng Darko.
“Iya, tapi tunggu dulu ya.. ibu panggil
mereka sebentar” Guru itu langsung keluar kelas dan memanggil yang
bersangkutan. Tak lama, kedua bule itu masuk ke kelas bersama guru tadi.
“Okay, please introduce yourself” Perintah
guru itu.
“Good morning, my name is Gwen Violinne,
and my twin brother is Gwen Antoinne” Perempuan itu memperkenalkan dirinya
serta saudara kembar lelakinya.
“Can you speak ‘Bahasa’?” Tanya Melvina
setelah mengacungkan tangan setinggi langit sambil memandangi wajah Gwen
Antoinne yang tampan, putih, dan bermata biru.
“Ofcourse, my father is from Pontianak, si
I can speak ‘Bahasa’ ” Antoinne menjawab sambil tersenyum.
“Okay, time to introducing is over, please
sit down to your chair” Suruh guru itu kepada si kembar.
Si kembar lalu memilih dua bangku kosong yang
berada dibelakang Melvina.
“Halo Gwen, perkenalkan … nama saya
Melvina” Sapa Melvina sembari menoleh ke arah belakang bangkunya untuk membuka
obrolan dengan si kembar tak identik itu karena berbeda jenis kelamin.
“Halo, Juga” Sapa Antoinne dengan suara
berat dan logat Inggrisnya yang masih kental.
“Salam kenal Melvina” Jawab Violinne
dengan suara lembut dan juga logat inggris yang kental.
“Semuanya harap tenang, mari kita lanjutkan
pelajaran yang kemarin”
Pelajaran dilanjutkan hingga pulang
sekolah, akhirnya saat pulang sekolah pun tiba, Arief langsung menuju ke tempat
parker untuk mengambil motornya, dan pada saat Arief hendak keluar pagar
sekolah, ia melihat seorang wanita bule berambut panjang dan tingginya
semampai, setelah didekati ternyata orang tersebut adalan Gwen Violinne yang
sedang gundah gulana, lalu Arief menghampiri dan menegurnya.
“Apa yang kamu tunggu?”
“Tidak ada, saya hanya bingung”
“Bingung kenapa?”
“Saya ingin kerumah sakit untuk menjenguk
grandpa saya yang sedang terkena penyakit jantung koroner, saya cemas kepadanya
karena hari ini tidak ada yang menjenguk dia”
“Loh? Antoinne memangnya kemana?”
“Antoinne sekarang harus segera pulang
karena mengurus KTP nya, jadi ia pulang duluan”
“Gimana kalau aku antar?”
“Boleh, tapi kalau bias buru-buru yah,
soalnya sekarang tidak ada yang menjenguk my grandpa”
“Oke… silahkan naik”
Violinne naik ke motor Arief dan langsung
menuju ke rumah sakit yang dimaksud oleh Violinne. Akhirnya mereka sampai di
rumah sakit, mereka menuju ke sebuah ruangan kelas II, dan mereka masuk dengan
mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Violinne?” Sapa kakeknya Violinne yang
sedang terbaring lemah di tempat tidurnya.
“Grandpa!! I came”
“Siapa yang bersama kamu?? Pacar kamu?”
“No Grandpa, he is just a friend”
“Oh, kamu dating untuk menjenguk kakekmu
ini?”
“Iya Grandpa, I miss you”
“Kemarilah cucuku.. introduce him to me”
“His name is Muhammad Arief, and he is my
classmate”
“Sungguh baik sekali teman barumu itu
Violinne”
“Syukurlah opa, masih ada yang sebaik
Arief”
“Ah, tidak juga….”
“Arief, kamu masih lama disini?”
“Tidak juga, soalnya saya mau pulang,
sudah sore…”
“Baiklah, hati-hati dijalan nak”
“Baiklah kakek, dan Violinne, saya pulang
dulu” Arief berpamitan dengan kakek Violinne serta Violinne.
Pada
saat Arief melewati lobby rumah sakit, Arief tak sengaja melirik kea rah
Apotek, dan dilihatnya seorang ibu-ibu yang kelihatan dari jauh mirip dengan
ibunya Arief, Ibu itu lalu keluar dari Apotek dan Arief tercengang karena yang
dilihatnya benar-benar ibunya yang sedang membawa banyak obat didalam sebuah
kantung plastic transparent sehingga Arief bias melihat isi kantung tersebut.
“Ibu? Apa yang ibu lakukan di rumah
sakit??”
“Emm.. tidak, ibu hanya menjenguk teman
ibu sewaktu kecil”
“Trus, obat itu untuk apa??”
“Obat apa??” Ibu Arief langsung
menyembunyikan obat itu dibelakang punggungnya.
“Obat yang ada dibelakang ibu”
“Aku harus beralasan apa ??” Pikir Ibu
Arief.
“Nak, kamu tahu kan.. ibu suka pusing
kepala, jadi ibu membeli obat ini untuk persediaan di rumah” Ibu Arief gugup
karena takut ketahuan.
“Di warung kan obat sakit kepala juga ada
bu?”
“Ibu sekalian ingin menjenguk teman ibu”
“Yaudah, mari kita pulang bu”
“Alhamdulillah anakku tidak curiga tentang
obat ini”
Arief dan Ibunya pulang bersama-sama
berboncengan, sesampainya dirumah sudah ada Yeni kakaknya Arief yang sedang
duduk menunggu seseorang.
“Kak, nungguin siapa?”
“Gak kok, kebetulan ibu juga udah pulang,
kakak nungguin ibu kok daritadi”
“Oh, hari ini masak apa kak???”
“Hari ini kakak masak makanan special
loh..kakak masak Semur ayam, tapi ingat… ganti baju dulu baru habis itu makan”
“Siap kak !!” Canda Arief, dan Yeni hanya
tersenyum kecil.
Saat
Arief mengganti pakaian di kamarnya, Yeni dan ibu berkumpul di ruang tamu. Dan
ibu memberikan obat-obatan milik Yeni tanpa sepengetahuan Arief.
“Yeni, ini obat-obatan dari dokter,
diminum yah” Ibu merasa iba dan memberikan 20 jenis obat berbeda kepada Yeni.
“Banyak amat bu? Memangnya saya sakit
apa?” Heran Yeni.
“Sakit biasa kok, cuma Anemia”
“Anemia kata ibu??!! Bu!! Anemia nggak akan
mungkin sebanyak ini obatnya bu!!”
“Dokternya yang memberikannya sayang..”
“Bu, sebenarnya apa yang ibu sembunyikan
dari Yeni bu !! Dan aku merasa aku telah dibohongi oleh ibu !!” Gusar Yeni
sambil mencurahkan air mata.
“Sudahlah Yeni, penyakitmu pasti bias
sembuh”
“Iya bu !! tapi Yeni sakit apa bu !!” Yeni
semakin menangis.
“Kamu… menderita penyakit Lupus”
“Lupus?? Penyakit apa itu bu?”
“Lupus itu penyakit yang setara dengan
Kanker, dan hingga saat ini belum ada cara untuk penyembuhannya”
“Apa ?! Lupus??” Kaget Yeni sambil
terisak-isak.
“Iya nak, ibu harap kamu yang sabar yah”
Jawab ibu sambil menenangkan Yeni.
“Nggak mungkin !!” Yeni seakan tak percaya
apa yang didengarnya.
“Ibu hanya ingin kamu bersabar menghadapi
ujian dari Allah ini”
“Bagaimana aku bisa sabar bu ! aku baru
saja bertemu kembali dengan keluarga kecilku yang bahagia ini, tetapi apa ?!
Tuhan ingin aku cepat berpisah dengan kalian lagi, Tuhan sungguh tidak adil!!”
Marah Yeni, lalu Ibu pun menampar wajah Yeni dengan keras.
“Yeni !! Percayalah bahwa penyakitmu itu
bisa sembuh !! dan tak ada yang tak mungkin, jika Allah berkehendak maka
penyakitmu itu bisa sembuh seketika!! Yakinlah bahwa mukjizat itu nyata !!” Ibu
memarahi Yeni sambil menitikkan air mata dipipinya lalu memeluk anak perempuannya
itu.
Arief
akhirnya selesai mengganti baju, namun ia tak mengetahui apa yang telah terjadi
di ruang tamu, dan ia heran yang ia lihat ibu dan kakaknya sama-sama menitikkan
air mata dan saling berpelukan.
“Ibu?? Kakak ?? Kenapa kalian menangis?”
“Ti..tidak ada apa-apa, Ibu hanya melepas
rindu kepada anak ibu” Jawab ibu sembari menghapus air matanya dan melepas
pelukannya.
“Oh, kalau begitu aku mau makan dulu ya,
baru setelah itu aku latihan biola” Arief elangkahan kakinya ke dapur dahulu
baru setelah itu ke ruang khusus latihan yang berada dilantai 2 rumahnya.
Yeni
berdiri, dan pergi ke kamar mandi untuk segera mandi sore, setelah selesai
mandi, Yeni berdiri dihadapan sebuah cermin besar miliknya, dan ia mengeringkan
rambutnya yang basah lalu menyisirnya, Yeni baru sadar bahwa disisirnya banyak
rambut rontok, Yeni pun kaget sembari menahan tangisnya.
“Apakah penyakitku sudah mulai parah?? Sebaiknya
aku tidak memberitahu Arief kalau kakaknya ini menderita penyakit yang sangat
ganas dan tak ada kemungkinan sembuh, aku tak ingin adikku tahu bahwa aku
sedang berjuang melawan penyakit” Gumam Yeni lalu meneteskan air mata.
3
Hari
ini hari Rabu, jadi seluruh orang tetap beraktifitas seperti biasanya termasuk
para pelajar. Hari ini, Shanti sudah menunggu Arief didepan pagar sekolah
dengan menenteng tas biola di bahunya. Arief yang baru sampai di sekolah
langsung diseret tangannya oleh Shanti ke sebuah ruangan Teater yang hanya
kadang-kadang terpakai oleh anak teater, dan kebetulan keadaan ruang Teater
dalam keadaan sunyi sepi.
“Ada apa nih Shanti???” Heran
Arief.
“Lihat… aku bawa apa?” Shanti
menunjukkan tasnya.
“Biola???”
“Iya” Jawab Shanti seraya
mengeluarkan biola dari tasnya.
“Wah !! bukannya itu biola yang
pernah digunakan oleh Maylaffayza Permata Fitri Wiguna?” Kaget Arief.
“Ya, ini pernah digunakannya sekali
dalam perlombaan”